Selasa, 26 April 2011

ekonimi dan kebijakan publik

Ekonomi dan kebijakan public

KEWIRAUSAHAAN DAN DAYA SAING BANGSA

Berbagai laporan dan studi menunjukan bahwa pringkat daya saing Negara dan produk Indonesia semakin merosot beberapa tahun terahir ini. Berdasarkan survey lembaga World economic forum 2010, tingkat daya saing Indonesia hingga saat ini masih rendah, yakni berbeda pada rangking 54 dari133 negara.
Secara relative, meski Indonesia juga banyak melakukan perbaikan, perbaikan daya saing yang dilakukan Negara lain seperti Vietnam jauh lebih baik. Salah satu alsan posisi daya saing relative yang lebih buruk itu adalah kurang berjalannya system inovasi yang merupakan salah satu fator penentu daya saing nasional.
Kewirausahaan menawarkan jalan untuk masalah inovasi dan tantangan liberalisasi tersebut. Di banyak Negara maju, kewirausahaan didrong sebagai salah satu alat perangsang inovasi. Didalam konteks Negara industrialisasi maju dan perekonomian berbasis pengetahuan, inovasi, khususnya di industry teknologi tinggi, merupakan target.

Pendidikan Kewirausahaan
Pada tahun 2009, Dikti melakukan program-program untuk mengembangkan kewirausahaan diperguruan tinggi dalam beberapa skema sebagai berikut :

1. skema pertama adalah dengan memberikan dana bantuan kepada perguruan-perguruan tinggi sebagai bentuk permodalan bagi mahasiswa dalam program mahasiswa wirausaha(PMW) Dikti. Melalui dana yang telah dicairkan oleh Dikti masing-masing Rp. 2 miliyar untuk perguruan tinggi brtaraf internasional, Rp. 1 miliyar untuk universitas, institute dan sekolah tinggi negri, Rp, 500 juta untuk politeknik perguruan tinggi swasta (kopertis).
2. skema kedua, untuk pendampingan mahasiswa yang menerima bantuan permodalan ini Dikti telah melatih 1500 dosen dari sekitar 300 perguruan tinggi dalam training of trainer (TOT). dosen kewirausahaan yang bekerja sama dengan Universitas Ciputra Enterepreneurship (UCEC). Mulai TOT para dosen dioperkenalkan dengan fondasi pendidikan enterepreneurship diperguruan tinggi.
3. skema ketiga, Dikti melakukan program Cooperative Academic Education yaitu kegiatan pendidikan bagi mahasiswa S1 yang telah selesai semester 6 yang diberikan kesempatan untuk bekerja diperusahaan, industri, UKM selama 3-6 bulan.
4. skema keempat, Dikti berhasil membangun jejaringan sinergi Busines – Intellectual-Goberment (BIG) yang merupakan kerja sama Dikti dan kadin Indonesia. Beberapa tujuan penting yang ingin dicapai melalui sineergi ini adalah pemetaan potensi-potensi penelitian kerja sama antara perguruan tinggi, dunia industri, dan wilayah.
5. skema kelima, yang dilakukan oleh Dikti adalah kulaih kewirausahaan. Program iini dirancang dengan menyertakan 5 kegiatan sling terkait sebagai wahana: kuluiah kewirausahaan (KWU), manggang kewirausahaan (MKU), kuliah kerja usaha (KKU).
Pemodalan
Selain didukung untuk meningkatkan kualitas SDM kewirausahaan, pemerintah juga memberikan bantuan dalam permodalan. Mentri koperasi dan UMKM mengakui persoalan pokok dalam mendongkrak pertumbuhan koperasi dan UKM adalah soal aksesibilitas pembiayaan. Oleh karena itu, pemerintah terus mengupayakan mempermudah aksesibilitas pembiayaan kedua kelompok usaha tersebut.
Factor Penghambat Pengembangan Kewirausahaan
Dukungan terhadap pengembangan kewirausahaan baik dari sisi permodalan maupun pendidikan sepertinya belum berhasil secara maksimal.
Hal ini mungkin akibat factor sebagai berikut :

 kekurang seriusan pemerintah dalam mendukung kelahiran para wirausahawan muda.
 Sulitnya mendapat perizinan, sudah bukan raahasia lagi bahwah untuk memperoleh legalitas bagi dunia usah bukanlah hal yang mudah.
 Meski kurikulum kewirausahaan telah diperkenalkan beberapa tahun silam, namu jiwa wirausaha tak juga tumbuh dikalangan generasi sekolahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar