Jumat, 11 Maret 2011

manusia dan kesusastraan

MANUSIA DAN KESUSATRAAN

PENDEKATAN KESUSTRAAN

Untuk menjadi homo homanus, manusia harus mempelajari ilmu, yaitu the humanities , disamping tanggung jawab yang lain. Apa yang dimasukkan kedalam humanities masih dapat dibedakan, dan kadang-kadang disesuaikan keadaan dan waktu.
Pada umumnya the humanities mencakup filsafat, teologi dan seni termasuk sastra , sejarah, cerita rakyat dan sebagainya. Pada pokoknya semua mempelajari masalah manusia dan budaya.

IBD, yang semula dinamakan basic humanities, berasal dari bahasa inggris. Istilah ini berasal dari bahasa latin humanus, yang berarti manusiawi, berbudaya dan halus. Dengan mempelajarinya orang akan lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus.
Karena seni adalah ekspresi yang sifatnya tidak normative, seni lebih mudah berkomunikasi, karena tidak normative nilai nilai yang disampaikan lebih fleksibel, baik isinya maupun manfaatnya.
Hamper disetiap zaman, sastra mempunya peranan yang lebih penting. Alas an pertama, karena sastra mempergunakan bahasa. Sementara itu bahasa mempunyai kemampuan untuk menampung hamper semua pernyataan kegiatan manusia. Dalam usahanya untuk memahami dirinya sendiri, yang kemudian dilahirkan filsafat, manusia mempergunakan bahasa. Dalam usahanya untuk memahami alam semesta, yang kemudian melahirkan itlu pengetahuan, manusia mempergunakan bahasa. Dalam usaha untuk mangatur hubungan antar sesamanya yang kemudian melahirkan ilmu-ilmu social, dan demikian manusia dan bahasanya pada hekikatnya satu. Kenyataan inilah mempermudah sastra untuk berkomunikasi.
Karena seni memegang peranan penting, maka seniman sebagai pencipta karya seni juga penting, meskipun yang lebih pentingh adalah karyanya. Seniman adalah media penyampai nilai-nilai kemanusian, kepekaannya menyebabkan ia mampu menangkap hal yang lepas dari pengamat orang lain.
Cabang-cabang seni yang lain pada hakekatnya juga abstrak. Gerak-gerik dalam seni tari misalnya , masih perlu dijabarkan. Meskipun bunyi-bunyi dalam seni musik lebih cepat dinikmati, bunyi-bunyi itu sendiri masih memerlukan penafsiran. Sebaliknya sastra adalah penafsiran itu sendiri, meskipun didalam penafsiran itu sastra masih dapt di tafsirkan lagi.

IBD YANG MENGHUBUNGKAN DENGAN PROSA
Istilah prosa banyak pandananya , kadang-kadang disebut narrative fiction, dalam bahasa Indonesia istilsh tsdi sering diterjemahkan menjadi cerita rekaan dan didefinisikan sebagai bentuk cerita atau prosa kiasan, yang mempunya emeran, lakuan, pristiwa dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Istilah cerita rekaan umumnya dipakai untuk roman, novel atau cerita pendek.
Sebagai seni yang bertulang punggung cerita, mau tidak mau karya sastra (prosa fiksi) langsung atau tidak langsung membawa moral, pesan atau cerita. Dengan perkataan lain prosa mempunyai nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra.
Adapun nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra antara lain :

1. Prosa fiksi memberi kesenangan
Keistimewaan kesenangan yang diperoleh dari pembaca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalaminya sendiri pristiwa itu pristiwa atau kejadian yang dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imajinasinya untuk mengenal atau daerah atau tempat yang asing, yang belum dikunjunginya atau yang tidak mungkin dkunjunginya selama hidupnya. Pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh yang aneh atau asing tingkahm lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai sukses.

2. Prosa fiksi memberi informasi
Fiksi memberi sejenis informasi yang tidak dapat didalam ensiklopedi. Dalam novel sering kita dapat belqjar sesuatu yang lebih dari pada sejarah atau laporan jurnalistik tentang kehidupan masa kini, kehidupan masa lalu, bahkan juga kehidupan yang akan dating atau kehidupan yang asing sama sekali.

3. Prosa fiksi memberi warisa cultural
Prosa fiksi dapat menstimuli imaginasi, dan merupakan aran bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.

4. Prosa memberi keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesempatan untuk memilih respon-respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda dari pada apa yang disajikan dalam kehidupan sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar